Belalang adalah hewan liar dan hama tanaman, begitulah yang tersimpan dalam pemikiran sebagian besar masyarakat. Tapi, ada sebagian masyarakat yang menjadikan belalang sebagai sumber pangan yang kaya nutrisi.
Salah satunya adalah masyarakat di Wilayah Gunung Kidul Yogyakarta, mereka masih mempertahankan serangga ini sebagai makanan camilan atau lauk-pauk. Nilai kandungan gizi dari belalang tak boleh dianggap enteng karena rupanya tidak kalah dibandingkan sumber protein lainnya seperti daging sapi.
Pakar ilmu gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ahmad Sulaiman mengungkapkan, belalang merupakan hewan yang memiliki beragam jenis kandungan nutrisi penting seperti, protein, vitamin dan mineral.
“Kalau pada belalang yang masih segar, kandungan proteinnya sekitar 20 persen, tetapi pada yang kering sekitar 40 persen. Belum kulitnya yang juga mengandung zat kitosan seperti udang. Tetapi tergantung jenis belalangnya, pada musim-musim tertentu ada jenis belang yang kandungan vitaminnya lebih tinggi. Belalang juga dapat memenuhi 25 hingga 30 persen kebutuhan vitamin A,” ungkap Ahmad di sela-sela kegiatan Nutritalk Jelajah Gizi Sari Husada, di Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumat (2/11/2012) lalu.
Belalang, lanjut Ahmad, saat ini masih dijadikan sumber pangan alternatif, terutama pada masyarakat di sejumlah daerah yang mengalami kesulitan sumber makanan. Bahkan di beberapa negara, belalang sebenarnya sudah dijadikan makanan pokok.
“Sudah banyak penelitian ilimiah yang membuktikan manfaat belalang. Di negara lain bahkan ada yang menjadikannya sebagai makanan pokok. Di Indonesia pun, di zaman kita susah belalang pernah menjadi makanan utama. Tetapi kini sudah banyak ditinggalkan karena ada beragan sumber protein lainnya,” papar Ahmad
Manfaat belalang
Masyarakat, lanjut Ahmad, sebenarnya dapat memanfaatkan belalang untuk membantu memenuhi kebutuhan protein, zat yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan.
“Protein ini sangat penting untuk pertumbuhan. Bila tubuh kekurangan protein, penyerapan dan fungsi zat gizi lain di dalam tubuh tidak optimal. Misalnya seseorang yang kurang vitamin A dianjurkan makan banyak sayuran. Tetapi makan sayuran tidak akan optimal kalau tubuh kurang protein karena penyerapan itu butuh lemak dan protein pengikat retinol,” papar Guru Besar Ilmu Gizi IPB itu.
Pemanfaatan belalang, kata Ahmad memang belum digali secara maksimal di Indonesia. Ia menyarankan, belalang dapat diolah menjadi bahan pangan atau bentuk makanan lainnya yang lebih menarik dan dapat lebih diterima masyarakat.”Mungkin dapat diolah menjadi tepung atau makanan seperti nugget, bakso atau burger. Kalau sudah diolah tentu akan berbeda dan dapat lebih diterima ,” ujarnya