Wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta, selama ini dikenal gersang dan tandus, karena itulah Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama warga setempat berupaya mengembangkan teknologi organik pangan lokal di wilayah tersebut.
“Sebagian besar pangan lokal ditanam secara organik (by nature atau by neclected), tidak pernah disemprot atau dipupuk kimia,” kata Pakar pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ahmad Sulaeman, di Yogyakarta, kemarin.
Menurut Ahmad, pangan lokal memiliki banyak keuntungan selain beberapa keterbatasan. “Pangan lokal juga dapat diandalkan untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga terutama untuk 1000 hari pertama dalam kehidupan,” papar dia.
Pangan lokal, kata Ahmad, kaya akan aneka zat gizi dan metabolit sekunder seperti antosianin, karotenoid, glucosinolat. Selain itu, bebas dari antibiotik dan hormon. Pangan lokal juga kaya rasa. “Pangan lokal perlu diperbaiki kekurangannya dan diangkat keunggulannya serta disosialisasikan,” ujarnya.
Terkait berkembangnya pangan lokal di Gunung Kidul, menyebutkan, ada 11 alasan memilih pangan lokal. Pertama, untuk memastikan membeli produk yang aman dan dapat ditelusuri produksinya. Kedua, untuk mendapatkan pangan yang alami, organik, non GMO, dan menyehatkan.
Ketiga, untuk memperoleh nilai-nilai baik dan khasiat. Keempat, untuk makan “the view of Gunung Kidul”. Kelima, untuk menyokong tradisi Gunung Kidul. Keenam, untuk memotong jarak makanan (food miles). Ketujuh, mendukung ekonomi pedesaan (rural economy).
Kedelapan, untuk mendukung bisnis keluarga/UKM. Sembilan, mendukung ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan serta mampu memenuhi kecukupan gizi keluarga. Kesepuluh, rasanya benar-benar kaya dan enak. Dan Kesebelas, belanja lokal di daerah Gunung Kidul.