danya pandemi COVID-19 tidak menjadikan alasan untuk bermalas-malasan. Banyak kegiatan positif yang dapat dilakukan selama masa physical and social distancing. Contohnya bereksperimen berbagai resep makanan, memulai kembali hobi yang tertunda, hingga memulai bisnis online. Selain itu, ikut aktif dalam berbagai kajian online atau webinar untuk memperluas pengetahuan juga dapat dimanfaatkan untuk bertukar pikiran dengan banyak orang.
Webinar bertajuk “Metabolomics Application in Food Science and Technology” digelar oleh Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (ITP Fateta), IPB University pada Selasa 12/5. Webinar ini diikuti oleh kurang lebih 300 partisipan. Dr Feri Kusnandar selaku Ketua Departemen ITP yang berkesempatan membuka webinar berharap kegiatan dapat memberi manfaat bagi banyak orang.
“Metabolomik itu komprehensif kualitatif dan kuantitatif analisis dari metabolom itu sendiri. Metabolom adalah seluruh rangkaian molekul kecil dalam sel, jaring, atau organisme dalam kondisi dan waktu tertentu,” jelas Dr Nancy Dewi Yuliana, dosen IPB University dari Departemen ITP yang merupakan pakar metabolomik.
Riset metabolomik dilakukan untuk membedakan atau mengklasifikasikan bahan aktif kimia yang terkandung dalam sampel yang digunakan. Namun, tujuan risetnya berbeda-beda sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Riset metabolomik yang beberapa kali dilakukan oleh Dr Nancy berfokus pada objek tanaman. Salah satunya adalah tanaman torbangun yang berasal dari Indonesia dan Jepang. Torbangun adalah semacam rempah atau tanaman yang bisa menstimulir produksi air susu ibu (ASI) tetapi tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil karena bisa mempengaruhi kesehatan bayinya.
Secara fisik, torbangun Jepang dan Indonesia sedikit berbeda. Hasil riset metabolomik torbangun Indonesia ternyata memiliki kandungan eriodictyol yang tinggi sedangkan torbangun Jepang tidak memiliki kandungan eriodictyol. “Hal tersebut disebabkan oleh tempat tumbuh torbangun yang berbeda dan perbedaan komposisi,” imbuhnya.
Riset terkait metabolomik sendiri sebenarnya sudah mulai masuk di Indonesia pada tahun 2006. Sejak 2006 hingga 2020, IPB University sudah berhasil mempublikasikan lebih dari 20 paper di Scopus. Hingga saat ini, IPB University menjadi institusi dengan jumlah publikasi tertinggi pada riset metabolomik. “Penyumbang paper metabolomik tertinggi di IPB University adalah Departemen ITP, yaitu lebih dari 15 paper,” ungkapnya.
Kebanyakan partisipan yang mengikuti webinar ini adalah yang memiliki ketertarikan pada riset metabolomik. Riset terkait metabolomik memiliki kelebihan dari riset pada umumnya. Pasalnya, riset ini berfokus pada ratusan sampel. Sehingga, respon dari perlakuan yang diberikan akan beraneka ragam. (AD/RA)
Published Date : 15-May-2020
Resource Person : Dr Nancy Dewi Yuliana,
Keyword : dosen IPB, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB University, metabolomik, torbangun