International workshop on spices 29-30 Juli 2015

Rempah merupakan produk perkebunan Indonesia yang penting serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Rempah utama yang diekspor Indonesia adalah pala dan cengkeh, diikuti oleh jenis rempah lain.

Meskipun pasar rempah Indonesia di dunia masih terbilang tinggi, produksi dan ekspor rempah Indonesia tidak lagi menguasai pasar dunia. Permasalahan yang sering kali dikemukakan adalah mengenai keamanan pangan dan banyaknya produk rempah Indonesia yang dipasarkan masih dalam bentuk mentah. Untuk menjawab permasalahan tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak bekerjasama dengan Masyarakat Pala Indonesia dan Fakultas Teknologi Pertanian, IPB menyelenggarakan Workshop Internasional Rempah (International Workshop On Spices) di Fakfak, pada tanggal 29-30 Juli 2015

Latar belakang kegiatan ini, sebagaiman diketahui rempah merupakan produk perkebunan Indonesia yang penting dan telah diperdagangkan sejak pemerintahan kolonial serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dalam kurun 2009-2011 volume ekspor rempah Indonesia mencapai 41.462 ton dengan nilai AS$ 211,410 juta. Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama ekspor rempah-rempah Indonesia dengan volume 18.959 ton atau senilai AS$ 121,177 juta (BPS). Sementara itu hasil kajian Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) menyebutkan pasar rempah dunia untuk Uni Eropa mengalami peningkatan 9 persen per tahun. Dan total ekspor rempah Indonesia ke Uni Eropa tahun 2010 mencapai AS$ 101,942 juta. Perdagangan rempah dunia sendiri tumbuh 10,2 persen per tahun. Tahun 2010 nilai pasar rempah dunia mencapai AS$ 59,385 miliar. Tahun 2015 volumenya akan melonjak menjadi 51,71 ribu ton dengan nilai AS$ 85,73 miliar. Rempah utama yang diekspor Indonesia adalah pala dan cengkeh, diikuti oleh jenis rempah lain seperti kayu manis dan lada.

 

Meskipun pasar rempah-rempah Indonesia di dunia masih terbilang tinggi, produksi dan ekspor rempah Indonesia tidak lagi menguasai pasar dunia. Produksi dan ekspor lada Indonesia merosot dari peringkat satu ke peringkat empat di dunia. Panili Indonesia tergeser dari nomor dua ke nomor lima. Ekspor jahe Indonesia untuk dunia juga semakin kecil, yaitu berada di urutan ke-14 karena produktivitas jahe Indonesia menurun sebanyak 0.11% menjadi 19.06 ton/ha pada 2005-2008. Beberapa jenis komoditi rempah lainnya seperti kayumanis, pala, cengkeh dan lainnya saat ini makin terancam oleh negara produsen lain seperti India, Sri Lanka, Madagaskar, dan Granada. Produksi dalam negeri saat ini juga belum dapat memenuhi total kebutuhan, seperti dapat dilihat pada produksi cengkeh yang hanya mencapai 52,000 ton, sementara kebutuhannya mencapai 92,000 ton per tahun.

Selain produksi rempah yang makin menurun, pengembangan pasar rempah-rempah Indonesia juga menghadapi beberapa masalah lain. Permasalahan pertama, yang juga sering kali dikemukakan oleh pembeli luar negeri, adalah mengenai keamanan pangan dari produk rempah-rempah. Beberapa rempah telah tercantum sebagai bahan yang rentan terhadap isu kontaminasi mikotoksin, salmonella, dan pestisida. Masalah kedua adalah banyaknya produk rempah Indonesia yang dipasarkan masih dalam bentuk mentah. Terdapat beberapa negara, seperti India, Singapura dan Belanda yang mengekspor kembali biji dan fuli pala yang dibeli dari Indonesia dalam bentuk olahan/ derivatif. Perdagangan rempah dalam bentuk mentah pada akhirnya menyebabkan petani dan pelaku bisnis Indonesia mengalami economic loss yang cukup berarti. Untuk itu diperlukan solusi agar dapat mengoptimalkan nilai ekonomi rempah dan meningkatkan nilai tambah dari produk rempah Indonesia.

 

Tujuan penyelenggaraan workshop ini adalah untuk mensinergikan semua pemangku kepentingan (Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, importer/eksportir, perguruan tinggi, asosiasi dan masyarakat petani) untuk mengembangkan agrbisnis dan agroindustry berbasis rempah yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat secara berkelanjutan.

Peserta workshop  berasal dari unsur : Kementerian dan Lembaga di tingkat pusat, Pemerintah Daerah, Petani rempah, Pengusaha, Asosiasi pengusaha, Eksportir, Atase Perdagangan, Perguruan Tinggi, Masyarakat perkoperasian, UNDP, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perbankan dan BUMD
Kiosbibit

Related Posts

Leave a Replay

Recent Posts

Follow Us

Play Video