Jakarta/Sektor on farm dan off farm harus diperbaiki, sejalan dengan upaya diplomasi yang dijalankan untuk meraih peluang pasar ekspor produk hortikultura, demikian disampaikan Menteri Pertanian Suswono dalam “Roundtable meeting peningkatan ekspor produk hortikultura Inodnesia. dalam rangka OptimalisasiKerjasama Agribisnis Indonesia-Singapura, IJ-EPA, ASEAN-China FTA. ASEAN-KOREA FTA”,yang berlangsung di Audiotorium Gedung D, Kementerian Pertanian tanggal 14 Juni 2011.
Suswono menambahkan walaupun statistik ekspor produk hortikulturamasih mengalami defisit, tapi Indonesia memiliki potensi besar dari segi suplai. Sementara itu Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Zaenal Bachruddin dalam sambutannya menyampaikan masalah infrastruktur, mutu produk dan kontinuitas suplai menyebabkan peluang pasar internasional belum dimanfaatkan secara optimal.
Kesepakatan yang dicapai dalam Asean Free Trade Area (AFTA), Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA), ASEAN-China FTA (ACFTA), ASEAN-Korea FTA (AKFTA) berdampak positif bagi ekspor inodnesia yaitu ekspor hortikultura Indonesia ke China tahun 2010 mencapai USD 12,4 juta atau meningkat 8 kali dari tahun 2004 (pra-ACFTA). Ekspor hortikultura ke Jepang tahun 2010 mencapai hampir USD 28 juta (meningkat 90% dari tahun 2007 (pra IJ-EPA). Sementara neraca perdagangan Indonesia-Singapura dalam lima tahun terakhir menunjukkan surplus USD 80 juta bagi Indonesia.
Seperti diketahui AFTAyang ditandatangani tanggal 28 Januari 1992 di Singapura merupakan perjanjian antara negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN (Associate of South East Asia Nation). AFTA mencapai kesepakatan dalam bidang ekonomi mengenai sektor produksi lokal di negara-negara ASEAN.
Roundtable meeting yang di gagas oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian bertujuan mendiskusikan berbagai permasalahan dan kendala peningkatan ekspor hortikultura nasional yang memberikan dampak positif di sektor hulu dan hilir.