BOGOR, KOMPAS.com — Konflik di Timur Tengah tidak berpengaruh pada ekspor produk pertanian Indonesia selama pemerintah tetap mengontrol atau tidak menaikkan harga bahan bakar minyak dalam negeri. Sementara itu, konflik di Pantai Ganding sangat diharapkan dapat memengaruhi ekspor produk pertanian Indonesia, khususnya cokelat.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Khrisnamurti menyatakan hal tersebut kepada wartawan setelah membuka kegiatan Pesta Petani Muda Indonesia (Pestani) di Kampus Institut Pertanian Bogor di Darmaga, Kabupaten Bogor, Rabu (6/4/2011) siang.
Ia menjelaskan, konflik Timur Tengah memang dapat memengauhi harga BBM yang menjadi tinggi. Jika harga BBM tinggi, maka hal itu memang secara tidak langsung dapat memengaruhi harga pangan. Pertama, hal itu akan menyebabkan harga pupuk mahal karena bahan baku pupuk antara lain dari gas, yang harganya sangat terpengaruh harga BBM. Kedua, hal tersebut berpengaruh ke biaya transportasi. Jika BBM naik, maka biaya tranportasi menjadi tinggi.
“Di Indonesia, hal itu tidak terjadi karena harga BBM kita masih dijaga pemerintah. Namun, secara internasional, ketika kita melakukan ekspor dan lain-lain, biaya BBM ini akan mempengaruhi,” kata Bayu.
Walau demikian, pada sisi lain, kenaikan harga BBM dunia ini memberi pengaruh positif, yakni kenaikan harga biofuel. “Kenaikan biofuel ini membuka peluang bisnis kita, terutama kelapa sawit, karena permintaan akan meninggi,” katanya.
Melihat konflik lebih luas lagi, Wakil Menteri Pertanian mengatakan bahwa pihaknya mencoba melihat secara positif konflik yang terjadi di Pantai Gading, Afrika, selaku penyuplai terbesar kakao atau cokelat dunia.
“Konflik di sana membuat negara itu tidak mengekspor cokelatnya sama sekali. Hal itu membuat potensi dan peluang cokelat Indonesia sangat terbuka lebar. Ini yang sedang kami coba usahakan untuk memanfaatkan peluang itu,” ujarnya.
Indonesia serbu AS.
Bayu Khrisnamurti juga membantah bahwa produk pertanian Amerika Serikat akan menyerbu pasar Indonesia. Ini karena negara berencana meningkatkan ekspor. “Justru Indonesia yang berencana meningkatkan ekspor pertanian ke Amerika Serikat. Kakao adalah salah satu produk pertanian yang sangat berpeluang meningkatkan ekspor kita ke negara itu,” katanya.
Ekspor produk sawit pun akan ditingkatkan karena AS menerapkan kebijakan yang baik bagi biofuel, yakni mensyaratkan aspek lingkungan yang berkelanjutan. “Kita memproduksi satu sampai dua juta ton CPO, yang ditanam secara berkelanjutan,” katanya.
Mengenai Pestani, ini adalah kegiatan yang diprakarsai Kodam III/Siliwangi yang bekerja sama dengan IPB. Ada sekitar 700 pemuda yang ikut kegiatan tersebut setelah lolos seleksi yang dilakukan oleh Korem 061/Suryakencana, Bogor.
Pemuda itu terdiri dari petani dan mahasiswa serta 110 bintara pembina masyarakat (babinsa) yang bertugas di Jawa Barat. Para pemuda ini akan mendapat pengetahuan dan pelatihan pertanian selama empat hari, yaitu 6-9 April 2011.
Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Moeldoko mengatakan, babinsa diikutsertakan dalam kegiatan tersebut karena sebagai ujung tombak TNI di masyarakat, mereka diharapkan juga menjadi pendamping petani.
“Kami bekali babinsa dengan wawasan dan pengetahuan pertanian agar ketika bersama petani, mereka dapat menjadi pendamping petani dalam meningkatkan produksi pertaniannya. Hal ini juga merupakan bentuk kepedulian TNI dalam mewujudkan ketahanan pangan masyarakat,” ungkapnya.